Kamis, 24 Maret 2011

GAMBARAN KASUS DAN PENYEBAB OBESITAS


Obesitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan berat badan. Kata obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan. Obesitas merupakan masalah yang kompleks, dengan penyebab yang bersifat multifaktorial.

Pada kelompok anak, remaja, dan dewasa muda, obesitas akan berpengaruh pula pada perkembangan psikososial. Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan kecenderungan bunuh diri pada anak atau remaja yang obesitas. Obesitas secra konsisten dihubungkan pula dengan kematian dini, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan stroke.  

Obesitas dapat didefinisikan secara absolut ataupun relatif. Dalam praktek sehari-hari obesitas sering didefiinisikan secara absolut dengan mengukur indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh diukur dengan membagi berat badan (dalam kilogram), dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat. Obesitas pada remaja juga membawa masalah bagi kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti. Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan gaya hidup mereka, temasuk gaya hidup untuk mengkonsumsi makanan cepat saji.

Di banyak kultur obesitas pun masih dihubungkan dengan kemakmuran atau kesehatan. Di lain pihak, jumlah kasus obesitas atau kegemukan akan bertambah sebagai dampak dari perubahan pola hidup dan era teknologi informasi.  

WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Di Indonesia prevalensi obesitas tahun 2002 diperkirakan 22%-24%. Di Provinsi Bali tahun 2004 prevalensinya 11,18% pada kelompok umur 18-29 tahun. Masalah gizi lebih ini bukan hanya ditemukan pada penduduk dewasa, tetapi juga pada anak–anak dan remaja. Usia 18 tahun akan menjadi usia penentuan bagi seorang remaja memiliki bentuk tubuh berkategori Obesitas. 

Kecenderungan beban ganda yang dihadapi persoalan gizi di Tanah Air ini. Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Prof Dr Herdinsyah MS, saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi remaja dewasa sudah mencapai angka 18 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di kelompok dewasa, yaitu bisa mencapai 25 persen dari total populasi seluruh Indonesia. 
Bagaimana dengan jumlah penderita Obesitas di Indonesia pada tahun-tahun yang akan datang ?? bertambah atau berkurang!

Penyebab Obesitas
Obesitas disebabkan karena konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan.
Kegemukan dan obesitas terjadi apabila total asupan kalori yang terkandung dalam makanan melebihi jumlah total kalori yang dibakar dalam proses metabolisme. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa penyebab kegemukan dan obesitas bersifat multi-faktor, antara lain adanya keterlibatan faktor genetik, ras, perubahan pola makan dan pola aktifitas serta emosi.
Menurut Papalia, Olds, Feldman, dan Rice (dalam Dariyo, 2004) faktor penyebab obesitas yakni :
a.      Faktor–faktor fisiologi
Faktor-faktor fisiologis dapat bersifat herediter maupun non herediter. Variabel yang bersifat herediter (internal faktor) merupakan variabel yang berasal dari faktor keturunan. Sedangkan variabel non herediter (eksternal faktor) yakni faktor yang berasal dari luar individu, seperti jenis makanan yang dikonsumsi dan taraf kegiatan yang dilakukan individu.
Faktor genetik berperan penting untuk memicu timbulnya obesitas. Bila salah satu orang tua mengalami obesitas maka anaknya memiliki kecenderungan mengalami obesitas sebesar 40 %. Bila kedua orang tua mengalami obesitas maka kecenderungan anaknya untuk menjadi obesitas sebesar 80 %. 

b.      Faktor-faktor Psikologis  
Sebab-sebab psikologis terjadinya kegemukan, ialah bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil (unstabil emotional) yang menyebabkan individu cenderung untuk melakukan pelarian diri (self-mechanism defence) dengan cara banyak makan-makanan yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi. Kondisi emosi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak emosional yang sangat dahsyat dan traumatis.

c.       Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak
Salah satu penyebab terjadinya kegemukan adalah karena faktor kecelakaan yang menimbulkan kerusakan otak terutama pada pusat rasa lapar. Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan individu menjadi gemuk.

d.      Faktor Pola Makan Berlebih
Orang yang kegemukan lebih responsif dibanding dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan berlebih inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

e.       Kurang Gerak atau Olah Raga
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh. Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor : 1) tingkat aktivitas dan olah raga secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari pengeluaran energi orang normal. 
Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi satu pertiga pengeluaran energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang. Kalori  secara tidak langsung mempengaruhi sistem metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olah raga menjadi sangat sulit dan kurang dapat dinikmati dan kurangnya olah raga secara tidak langsung akan mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olah raga sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya metabolis normal.

f.       Pengaruh Emosional
Sebuah pandangan populer adalah bahwa obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang-orang gemuk haus akan cinta kasih, seperti anak-anak makanan dianggap sebagai simbol kasih sayang ibu, atau kelebihan makan adalah sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya.  Walaupun penjelasan demikian cocok pada beberapa kasus, namun sebagian orang yang kelebihan berat badan tidaklah lebih terganggu secara psikologis dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal.
Meski banyak pendapat yang mengatakan bahwa orang gemuk biasanya tidak bahagia, namun sebenarnya ketidakbahagiaan atau tekanan batinnya lebih diakibatkan sebagai hasil dari kegemukannya. Hal tersebut karena dalam suatu masyarakat seringkali tubuh kurus disamakan dengan kecantikan, sehingga orang gemuk cenderung malu dengan penampilannya dan kesulitannya mengendalikan diri terutama dalam hal yang berhubungan dengan perilaku makan.
Orang gemuk seringkali mengatakan bahwa mereka cenderung makan lebih banyak apa bila mereka tegang atau cemas, dan eksperimen membuktikan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih banyak dalam suatu situasi yang sangat mencekam; orang dengan berat badan yang normal makan dalam situasi yang kurang mencekam (McKenna,1999). Dalam suatu studi yang dilakukan White (1977) pada kelompok orang dengan berat badan berlebih dan kelompok orang dengan berat badan yang kurang, dengan menyajikan kripik (makanan ringan) setelah mereka menyaksikan empat jenis film yang mengundang emosi yang berbeda, yaitu film yang tegang, ceria, merangsang gairah seksual dan sebuah ceramah yang membosankan. Pada orang gemuk didapatkan bahwa mereka lebih banyak menghabiskan kripik setelah menyaksikan film yang tegang dibanding setelah menonton film yang membosannkan. Sedangkan pada orang dengan berat badan kurang selera makan kripik tetap sama setelah menonton film yang tegang maupun film yang membosankan.
Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh terhadap kebiasaan makanya.

g.      Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseroang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut  tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.
Faktor lingkungan juga tidak kalah penting dengan faktor genetik. Salah satunya adalah pola makan. Pola makan ini ditentukan oleh jenis makanan sehari-hari dan tingkat kesibukan remaja. Konsumsi fast-food dan soft-drink yang cenderung dipilih oleh remaja yang memiliki banyak kesibukan turut menyumbang risiko peningkatan berat badan. Pergaulan remaja juga salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi. Remaja cenderung mengonsumsi fast-food dan soft-drink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya. Remaja cenderung meninggalkan makan sederhana dan sehat seperti tempe, tahu dan sayuran. Selain pola makan dan pergaulan, kurangnya aktivitas fisik juga turut menjadi penyebab timbulnya obesitas. Remaja masa kini lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton televisi, browsing internet dan bermain video game dimana kegiatan ini akan mengurangi pembakaran kalori dan meningkatkan penimbunan lemak dalam tubuh. Terlebih bila kegiatan ini dibarengi dengan acar ngemil (makan makanan kecil). Dari ukuran mungkin makanan kecil memang berukuran kecil seperti sanck, biskuit dan krupuk, tapi jika dimakan beberpa kantong plastik sama saja dengan makan porsi besar bila dilihat dari jumlah kalorinya. Namun demikian masih banyak yang belum sadar akan pentingnya aktivitas fisik seperti olah raga untuk menjaga kesehatan.  

Psikopatologi Obesitas
Perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologis. Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara psikopatologi dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi. Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar.
Hubungan antara obesitas dengan gejala psikopatologis merupakan suatu lingkaran yang tidak terputus. Seseorang yang mengalami obesitas akan mudah merasa tersisih atau tersinggung. Hal ini akan lebih parah bila ia mengalami kegagalan dalam pergaulan. Seseorang yang obese akan cenderung dicap sebagai orang yang susah bergaul dan mudah tersinggung. Orang yang obese akan mencap sebagian dari temannya sebagai orang yang suka mengolok-olok. Penelitian Pesa, dkk di Jerman (2000) pada 47 remaja obesitas menunjukkan bahwa masalah psikologis sangat umum dijumpai. Masalah psikopatologi yang paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan makan, dan somatoform. Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan cermin, seseorang tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas).
Penelitian Mustillo, dkk (2003) pada anak-anak berusia 9-16 tahun mendapatkan bahwa obesitas kronik berhubungan dengan berbagai gejala psikopatologi. Obesitas dihubungkan dengan kecenderungan tidak puas pada diri sendiri, kehidupan yang terisolasi, depresi, dan rasa percaya diri yang rendah. Lingkungan sekitar tampaknya juga mendukung munculnya gejala psikopatologi pada anak obese. Penelitian Richardson, dkk (1998) memperlihatkan bahwa anak-anak lebih cenderung memilih teman yang tidak obese. Hal ini memunculkan perasan terisolasi dan rendah diri.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO

0 komentar:

Posting Komentar

thanks.. buat temen-temen yang dah mo buka n baca blog saya,,
JANGAN LUPA beri KOMENTAR-nya eaaa!!!!